
Indonesia Harus Segera Kembangkan Alsintan untuk Kebutuhan Spesifik
AGRONET – Indonesia harus segera mengembangkan alat mesin pertanian (alsintan) untuk kebutuhan yang spesifik. Hal ini diungkap dalam pertemuan Gabungan Produsen Gula Indonesia (Gapgindo), Kementerian Pertanian (Kementan), dan wakil dari industri alsintan, Senin (4/12/2023).
“Teknologi itu sebenarnya tidak sulit, namun inovasi untuk menemukannya yang ‘mahal’,” ujar Staf Khusus Menteri Pertanian Dr Ir Sam Herodian, MS.
“Kita jangan meniru produk asing, tapi kita hasilkan sendiri yang khas Indonesia, sehingga suatu hari kita bisa mengekspor alsintan,” katanya menambahkan. “Untuk lahan rawa misalnya, jangan menggunakan alsintan yang tenggelam. Kita sebetulnya sudah punya rancangan untuk alsintan semacam ini.”
Sam pun mendorong segera pembentukan kelompok kerja (pokja) yang terdiri dari unsur industri, lempaga pendidikan, dan produsen alsintan. Ia yakin, Indonesia akan mampu merancang dan memproduksi alsintan yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia.
Sam mencontohkan salah satu alsintan hasil inovasi tim Kementan yang digunakan untuk kelapa sawit. “Kita bahkan unggul saat diuji di lapangan, dibandingkan dengan produk negara lain,” ujarnya.
Kebutuhan akan alsintan untuk lahan spesifik dan sumber daya manusia (SDM) yang tetap menjadi salah satu tantangan bagi industri gula Indonesia. Kedua tantangan itu mendesak untuk segera diatas, agar program swasembada gula Indonesia dapat tercapai. Hal ini diungkap Ketua Umum Gapgindo Syukur Iwantoro.
“Saran kami, kita fokus pada pengembangan alsintan yang spesifik yaitu untuk lahan rawa dan tanah berbatu,” kata Syukur.
Ia menjelaskan, industri gula Indonesia membutuhkan alat yang sesuai dengan lahan. Saat ini, ada anggota Gapgindo yang memiliki ladang tebu di rawa dan tanah berbatu. Menurutnya, dua jenis lahan tersebut masih kesulitan mendapatkan alsintan yang tepat karena sangat spesifik. “Hal ini berbeda dengan lahan-lahan di Jawa,” katanya.
Tantangan ini disambut Kepala Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Mekanisasi Pertanian Dr Ir Agung Prabowo, MEng. “Kita akan petakan tiga unsur, yaitu berapa luas lahan yang membutuhkan, jenis lahan, dan spesifikasi lahannya. Dengan menentukan prioritas, kita bisa memulai dari langkah yang paling memungkinkan,” kata Agung. “Kemudian, bagaimana skema pembiayannya.”
Sementara wakil dari industri alsitan di Indonesia, Direktur Utama PT Maxxi Agri Tani Indonesia Jemmy Eka Putra, menyatakan dukungannya. “Selama ini kami sudah bergerak dalam produksi alsintan untuk padi,” kata Jemmy.
Jemmy mencontohkan, perusahaannya sudah menjalin kemitraan dengan para petani padi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Alsintan yang diproduksinya antara lain yang menggunakan rubber track sehingga memudahkan untuk berpindah-pindah.
Sumber : AGRONET.id